UPAYA MENEKAN KRISIS AIR DI NTT DENGAN PENERAPAN TEKNOLOGI SEA WATER REVERSE OSMOSIS (SWRO)
Air merupakan sumber daya utama yang sangat
diperlukan dalam kehidupan dan bagi penghidupan, setiap makhluk hidup di muka
bumi ini sangat membutuhkan air dalam rangka untuk melangsungkan kehidupannya. Sumber
daya air yang ada di muka bumi harus mampu dikelola dengan baik dan benar agar
tidak terjadi krisis air nantinya karena persediaan air akan semakin berkurang
sedangkan jumlah penduduk akan terus bertambah sehingga penggunaan air juga
semakin meningkat. Oleh sebab itu perlu
adanya kesadaran masyarakat dalam mengelola, menjaga dan melestarikan sumber
daya air.
Jika kita lihat dalam kehidupan kita
sehari-hari, manusia sangatlah dekat dengan penggunaan air, misalnya memasak,
mencuci, minum, berkebun dan lain sebagainya. Dari hasil riset yang dilakukan
oleh pakar kesehatan bahwasanya manusia memerlukan ± delapan liter air perhari untuk menunjang
kesehataannya, hal ini secara tersirat telah menggambarkan bahwasanya air
sangatlah diperlukan dalam kehidupan manusia bahkan semua mahluk dimuka bumi
ini. Oleh karena itu, hal tersebut perlu
diperhatikan dengan baik dan dikelola serta dimanfaatkaan secara efektif dan
harus dapat dilestarikaan. Khususnya di
negara Indonesia yang sumber daya airnya melipah namun tidak tersebar luas dan
merata karena faktor geografis dan lain sebagainya.
Secara Nasional, ketersediaan air di
Indonesia mencapai 694 milyar meter kubik per tahun. Jumlah ini pada dasarnya
adalah potensi yang dapat dimanfaatkan, namun faktanya saat ini baru sekitar
23% yang sudah termanfaatkan untuk berbagai keperluan. Sekitar 20 persen yang
dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan air baku rumah tangga, kota dan industri,
80% lainnya dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan irigasi. (Hartoyo, 2010).
Potensi di atas sayangnya tidak tersebar
merata di seluruh wilayah Indonesia, salah satu faktor penyebabnya dikarenakan
kondisi geografis yang berbeda dari masing-masing wilayah tersebut. Contoh
kongkritnya dapat kita lihat di wilayah Nusa Tenggara Timur yang memiliki iklim
yang kering dan curah hujan yang relatif rendah, juga waktu hujan yang pendek
berkisar sekitar tiga sampai empat bulan pada bulan Desember hingga April, hal
ini berdampak pada ketersediaan air di Provinsi NTT relatif rendah.
Masalah ini merupakan masalah yang cukup
besar dan akan berdampak sistemik bagi kehidupan masyarakat NTT apabila tidak diperhatikan dengan baik dan
tidak segera mencari solusi yang tepat.
Kondisi
NTT saat ini
yang bisa dibilang krisis akan air bersih, harusnya memotivasi kita untuk
berhemat air dan mengelola sumber daya
air dengan baik, sebagaimana tertera pada UU
No.7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan Pengelolaan Sumber Daya
air adalah upaya merencanakan, melaksanakan, memantau dan mengevaluasi
penyelenggaraan konservasi
sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air, dan pengendalian daya rusak air.
Landasan yuridis ini seolah mengajak kita
untuk tidak hanya menggunakan air dengan baik, akan tetapi pengunaannya dan pemanfaatannya
harus juga direncanakan serta perlu kita pantau dan kita evaluasi penggunaan
sumber daya air yang ada agar tidak tercemar dan dapat kita gunakaan secara
berkelanjutan. Jika kita kembali melihat kondisi riil di NTT yang sulit akan
air bersih maka kita akan bertanya apakah di NTT benar-benar tidak ada sumber
daya air sama sekali atau ada tapi belum dimanfaatkan dengan baik? Tentu jawabannya
adalah sumber daya airnya ada tapi belum dimanfaatkan dan dimungkinkan belum
dikelola dengan baik.
Jika dilihat dari kondisi geografis NTT yang
pada umumnya dikelilingi oleh laut, NTT memiliki potensi sumber daya air laut
yang cukup besar sehingga dapat dimanfaatkan sebagai sumber pasokan air bersih
dan air minum untuk masyarakat sekitar. Sejalan
dengan permasalahan ini, Pemerintah dalam hal ini Kementerian Pekerjaan Umum sudah melakukan langkah untuk memanfaatkan
potensi tersebut dengan menyulap (baca: Desalinasi) air asin menjadi air tawar,
melalui penerapan Teknologi
Sea Water Reverse Osmosis (SWRO).
Teknologi Sea Water Reverse Osmosis (SWRO)
merupakan sebuah teknologi pengolahan air asin yang dianggap paling efektif
dalam melakukan desalinasi skala besar. Prinsip kerja teknologi ini adalah
dengan mendesak/menekan air laut melewati membran-membran semipermeabel untuk
menyaring kandungan garam dalam air, yang mana teknologi ini akan merubah
molekul air asin menjadi air tawar yang telah hilang kadar garamnya sehingga
dapat dikonsumsi secara langsung setelah mengalami peroses penyulingan pada
mesin teknologi SWRO ini.
Adapun teknologi ini telah banyak digunakan
di beberapa negara seperti Arab, Jepang, Amerika Serikat, Israel, Inggris,
Trinidad, Cyprus, Jerman dan beberapa negara lainnya. Teknologi ini banyak
dipakai untuk memasok kebutuhan air tawar bagi wilayah-wilayah tepi pantai yang
langka sumber air tawarnya. Di Indonesia sendiri, teknologi ini sudah banyak diterapkan baik oleh
Pemerintah seperti Kementerian PU itu
sendiri, maupun pihak swasta seperti PT. Pembangunan Jaya Ancol dalam mensuplai
kebutuhan air untuk berbagai wahana rekreasi seperti Wahana Atlantis Ancol.
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, penerapan
Teknologi SWRO di Provinsi Nusa Tenggara Timur sudah ada, namun kondisi riil
saat ini menunjukan bahwa penerapan teknologi SWRO ini belum optimal, hal ini
dapat dilihat dari masih banyaknya krisis air bersih di beberapa wilayah di NTT.
Dari penjelasan Wakil Menteri PU Hermanto Dardak, Teknologi SWRO yang diterapkan oleh Kementerian PU
mampu mengolah air 1 liter per detik, sehingga jika diakumulasikan selama satu
hari penuh (24 jam) dapat menghasilkan air kurang lebih sebanyak 74.000 liter,
namun ternyata kapasitas kapal Tirta
Nusa Samudera yang merupakan
Kapal Tangki pengolah air laut menjadi air bersih hanya mampu menampung 30.000
liter air per harinya. Hal ini berarti kita minus 44.000 liter air dari
kemampuan mesin air yang seharusnya dapat menghasilkan 74.000 liter air
perhari.
Menurut hemat kami, hal ini sungguh tidak efektif
karena kemampuan mesin dalam mengolah air belum seimbang dengan daya tampung tangki
air yang tersedia. Sehingga akan lebih bijak jika ada penambahan tangki
penampung air untuk air yang sudah didesalinasi.
Dari beberapa gambaran di atas perlu adanya optimalisasi
penerapan teknologi SWRO ini agar hasilnya efisien dan efektif dalam mengurangi
krisis air yang ada di NTT. Sebagai bentuk optimalisasi penerapan teknologi SWRO
ini ada beberapa langkah strategis yang dapat dilakukan.
Pertama, memetakan wilayah mana saja yang mengalami krisis
air, sehingga ada gambaran jumlah kebutuhan operasional yang diperlukan
khususnya Kapal Tirta Nusa Samudera untuk dikerahkan ke wilayah-wilayah
tersebut.
Kedua, menerapkan prinsip manajemen Sistem Penyediaan
Air Minum (SPAM), yaitu dengan melibatkan masyarakat setempat dalam mengelola sumber
daya air melalui Teknologi Sea Water Reverse Osmosis ini. Sehingga muncul rasa
tanggung jawab dari masyarakat untuk senantiasa merawat dan memanfaatkan
teknologi ini dengan baik. Pelibatan masyarakat harus disertai pemberian keterampilan
dan pengetahuan tentang Teknologi Sea Water Reverse Osmosis melalui kursus
maupun pelatihan secara perorangan maupun kelompok dari masyarakat setempat.
Ketiga, menambah jumlah tangki penampung air sesuai
dengan kemampuan produksi air dari mesin Reverse Osmosis ini. Agar air hasil
desalinasi dapat tertampung secara maksimal dan mesin juga bekerja secara
optimal.
Keempat, agar distribusi air merata
ke seluruh wilayah maka perlu ada penambahan jumlah kapal tangki pengangkut air
sesuai dengan jumlah wilayah yang mengalami krisis air bersih. Selain itu,
setiap wilayah yang mengalami krisis air minimal harus mempunyai tangki
penampungan air sendiri sebagai wadah penyimpanan cadangan air sebelum
disalurkan kepada masyarakat.
Kelima, melihat persediaan yang
terbatas jumlahnya maka perlu adanya penghematan air yaitu dengan membatasi
penggunaan air di lingkungan masyarakat.
Keenam, hal yang terpenting dari
semua sistem yang telah dibentuk adalah perlu adanya komitmen dan konsistensi
dari seluruh pihak baik itu Pemerintah, masyarakat maupun stakeholder lainnya
dalam menjaga, memelihara, merencanakan, mengembangkan dengan baik dan memantau
serta mengevaluasi penerapan teknologi tersebut.
Dari setiap masalah niscaya akan ada jalan keluar
selama kita mau berjuang keluarnya untuk keluar dari masalah tersebut. Begitu pun
dengan kondisi NTT saat ini merupakan sebuah masalah yang tidak mungkin tidak
ada jalan keluarnya. Kami yakin jika teknologi ini dapat dikelola dan
diterapkan dengan baik, maka krisis air bersih di beberapa wilayah di NTT dapat
diatasi, minimal dengan terpenuhinya kebutuhan air minum dan air bersih untuk
seluruh penduduk di wilayah tresebut.
“we can if we think we can”
Nurhakim
Ramdani Fauzian
nurhakim.praja@gmail.com
UPAYA MENEKAN KRISIS AIR DI NTT DENGAN PENERAPAN TEKNOLOGI SEA WATER REVERSE OSMOSIS (SWRO)